PERKEMBANGAN
PENDUDUK INDONESIA
Landasan
Perkembangan Penduduk Indonesia
Pertumbuhan
penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai
perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan “per waktu
unit” untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua
spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara
informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan
untuk merujuk pada perubahan penduduk dunia.
Maka
yang melandasi perkembangan penduduk di Indonesia adalah banyaknya kelahiran di
bandingkan dengan kematian dan banyaknya imigran dari desa ke kota yang
menumpuknya manusia di kota dan sedangkan yang di desa berkurang. Banyaknya
imigran dari desa ke kota dikarenakan dikitnya atau kurangnya lapangan
pekerjaan dibandingkan dengan di kota-kota yang membuat orang desa mencari
makan di kota dan menyebabkan banyaknya atau menumpuknya orang di kota.
Perkembangan
penduduk di Indonesia dikarenakan banyaknya atau meningkatnya data kelahiran
per hari di bandingkan data kematian per hari yang mengakibatnya banyaknya
kehidupan tidak sebanding banyaknya kematian yang mengakibatkan penumpukan atau
pertambahan penduduk di Indonesia semakin tahun semakin bertambah
Hasil
sensus penduduk 2010 tercatat 237,6 juta jiwa sebagai bukti pertumbuhan
penduduk Indonesia 5 tahun lebih cepat dari proyeksi BPS. Karena proyeksi
semula, tahun 2010 baru berjumlah 234,2 juta dan tahun 2015 berkisar 237,8 juta
jiwa. Kenyataannya, tahun 2010 penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta
jiwa.
Demikian
diungkapkan direktur Jaminan dan Pelayanan KB, BKKBN Pusat, Setia Edi dalam
acara peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia di Jakarta, yang dirilis bkkbn.co.id,
Sabtu (25/9/2010). Ia mengingatkan, jika program KB diabaikan maka pertumbuhan
penduduk Indonesia tak terkendali.
“Pengnedalian
penduduk harus menjadi prioritas. Apalagi kesehatan dan usia harapan hidup
meningkat sehingga tanpa pengendalian rawan terjadi ledakan jumlah penduduk.
Jumlah penduduk 237,6 juta mendekati proyeksi BPS untuk jumlah penduduk tahun
2015 yakni 237,8 juta jiwa. Angka itu sudah tercapai sekarang. Dengan
melencengnya proyeksi itu, jumlah penduduk diperkirakan 264,4 juta tahun 2015,”
ujar dia.
Pemerintah
mempunyai target baru. Pada 2014 ditargetkan angka fertilitas total (angka
kelahiran/TFR) 2,1 dan pengguna kontrasepsi 65 persen. Saat ini TFR 2,3 dan
pengguna kontrasepsi 61,4 persen. Selain itu ditargetkan empat tahun ke depan
‘unmeet need’ 5 persen dan usia kawin pertama 21 tahun.
Kendala
program KB adalah otonomi daerah yang mengakibatkan keterputusan koordinasi dan
implementasi program secara luas. Tidak semua daerah mempunyai struktur yang
khusus mengurusi KB. Di tengah perubahan itu fungsi petugas penyuluh lapangan
KB (PLKB) juga tergerus karena kurang dukungan. Padahal PLKB penting untuk
mengedukasi dan memberikan konseling sehingga masyarakat dapat merencanakan
keluarga dengan baik dan rasional.
Pertambahan
Penduduk dan Lingkungan Pemukiman
Penataan
ruang tidak lagi semata menjembatani kepentingan ekonomi dan sosial. Lebih jauh
dari kedua hal itu (ekonomi dan sosial), penataan ruang telah berubah
orientasinya pada aspek yang benar-benar berpihak untuk kepentingan lingkungan
hidup, sebagai konsekuensi keikut-sertaan Indonesia pada upaya menekan
pemanasan global. Dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, telah
ditegaskan mengenai tujuan penyelenggaraan penataan ruang yaitu mewujudkan
ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan, serta
menciptakan keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan.
Keterpaduan
dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan
sumber daya manusia; serta perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak
negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Penataan
ruang yang berpihak pada lingkungan hidup perlu ditegakkan bersama karena
sebelumnya, logika penataan ruang yang hanya mengikuti selera pasar, dalam
kenyataan telah mengancam keberlanjutan. Hal ini dapat dicermati dari
keberadaan lahan-lahan produktif dan kawasan buffer zone berada dalam ancaman
akibat konversi lahan secara besar-besaran untuk kepentingan penyediaan lahan
yang mempunyai land rent tinggi seperti peruntukan lahan untuk permukiman,
industri, perdagangan serta pusat-pusat perbelanjaan. Diperkirakan sekitar 15
ribu – 20 ribu ha per tahun lahan pertanian beririgasi beralih fungsi menjadi
lahan non pertanian, serta tidak sedikit kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS)
terdegradasi. Berdasarkan data (Bappenas, 2002) terdapat sekitar 62
Daerah
Aliran Sungai (dari 470 Daerah Aliran Sungai) terdegradas akibat dari
penebangan hutan yang tidak terkendali dari hulu sungai. Tekanan lingkungan
lainnya adalah menyangkut laju urbanisasi yang akan tumbuh sekitar 4,4 persen
per tahun. Oleh karena itu diperkirakan, pada tahun 2025 nanti terdapat sekitar
60 persen penduduk Indonesia (167 juta orang) berada di perkotaan. Bila penataan
ruang tidak mengikuti logika pembangunan keberlanjutan, maka dapat dipastikan
bahwa kota-kota besar yang telah berkembang saat ini akan selalu berada tekanan
social yang sangat tinggi. Dilihat dari perspektif ekologis bahwa pertumbuhan
penduduk yang cepat dapat berdampak kepada meningkatnya kepadatan penduduk,
sehingga menyebabkan ketidakseimbangan mutu lingkungan secara menyeluruh.
Menurut Soemarwoto (1991:230-250) bahwa secara rinci dampak kepadatan penduduk
sebagai akibat laju pertumbuhan penduduk yang cepat terhadap kelestarian
lingkungan adalah sebagai berikut:
- Meningkatnya limbah rumah tangga sering disebut dengan limbah domestik. Dengan naiknya kepadatan penduduk berarti jumlah orang persatuan luas bertambah. Karena itu jumlah produksi limbah persatuan luas juga bertambah. Dapat juga dikatakan di daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi, terjadi konsentrasi produksi limbah.
- Pertumbuhan penduduk yang terjadi bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi dan teknologi yang melahirkan industri dan sistem transport modern. Industri dan transport menghasilkan berturut-turut limbah industri dan limbah transport. Di daerah industri juga terdapat kepadatan penduduk yang tinggi dan transport yang ramai. Di daerah ini terdapat produksi limbah domsetik, limbah industri dan limbah transport.
- Akibat pertambahan penduduk juga mengakibatkan peningkatan kebutuhan pangan. Kenaikan kebutuhan pangan dapat dipenuhi dengan intensifikasi lahan pertanian, antara lain dengan mengunakan pupuk pestisida, yang notebene merupakan sumber pencemaran. Untuk masyarakat pedesaan yang menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian, maka seiring dengan pertambahan penduduk, kebutuhan akan lahan pertanian juga akan meningkat. Sehingga ekploitasi hutan untuk membuka lahan pertanian baru banyak dilakukan. Akibatnya daya dukung lingkungan menjadi menurun. Bagi mereka para peladang berpindah, dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk yang sedemikian cepat, berarti menyebabkan tekanan penduduk terhadap lahan juga meningkat. Akibatnya proses pemulihan lahan mengalami percepatan. Yang tadinya memakan waktu 25 tahun, tetapi dengan semakin meningkatnya tekanan penduduk terhadap lahan maka bisa berkurang menjadi 5 tahun. Saat dimana lahan yang baru ditinggalkan belum pulih kesuburannya.
- Makin besar jumlah penduduk, makin besar kebutuhan akan sumber daya. Untuk penduduk agraris, meningkatnya kebutuhan sumber daya ini terutama lahan dan air. Dengan berkembangnya teknologi dan ekonomi, kebutuhan akan sumber daya lain juga meningkat, yaitu bahan bakar dan bahan mentah untuk industri. Dengan makin meningkatnya kebutuhan sumber daya itu, terjadilah penyusutan sumber daya. Penyusutan sumber daya berkaitan erat dengan pencemaran. Makin besar pencemaran sumber daya, laju penyusunan makin besar dan pada umumnya makin besar pula pencemaran.
Tingkat
laju pertumbuhan Indonesia dalam beberapa tahun ke depan bukan mustahil akan
menyalip Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 227 juta
jiwa, sedangkan penduduk AS berjumlah 315 juta jiwa. Dari hasil survei,
pertumbuhan penduduk Indonesia per tahun bertambah 3,2 juta jiwa.
Secara
kuantitas jumlah ini sama dengan jumlah seluruh penduduk Singapura. Kepala
BKKBN Sugiri Syarief menunjukkan bahwa program KB ternyata mengalami stagnasi
dengan angka rata-rata seorang wanita mempunyai anak selama masa subur secara
nasional pada 2007 tetap berada di angka 2,6 dibanding 2003. Jumlah penduduk
Indonesia saat ini menduduki nomor empat terbanyak di dunia setelah China
dengan 1,3 miliar jiwa, India dengan 1,2 miliar, dan AS nomor ketiga dengan 315
juta. (Republika, 2 Juni 2009).
Bergesernya
pola hidup masyarakat dan tingginya tuntutan hidup modern yang makin sulit
dikejar menyebabkan terjadinya banyak stressor atau penyebab stress yang
menyerang masyarakat metropolis. Tidak mengherankan bila gangguan kejiwaan pun
menjadi salahsatu penyakit tren masyarakat kota dewasa ini. Indikatornya, jelas
terlihat dari banyaknya pasien non psikosa (bukan kejiwaan) yang dirawat
instalasi Ilmu Kedokteran Jiwa berbagai RSU. Sebelum berakibat lebih parah,
selayaknya kita bercermin pada berbagai kejadian khusus yang cenderung muncul
di perkotaan. Jakarta, Surabaya, Medan dan kota besar lainnya tidak hanya
tampak indah dengan gedung-gedung pencakar langit dengan arsitektur modern dan
deretan mobil mewah yang berseliweran. Kota-kota ini tidak hanya gagah karena
gemerlapnya lampu-lampu kota yang menghidupkan suasana malam. Namun, di balik
gemerlap semua itu, kota ini juga mempunyai berbagai masalah pelik sebagai kota
besar yang notabene menjadi sasaran kaum urban sebagaimana dialami kota-kota
besar lain di berbagai belahan dunia.
Akumulasi
berbagai masalah klasik akibat peningkatan jumlah penduduk kota yang cepat
makin dirasakan dampaknya, mulai dari kemiskinan, pencemaran, pengangguran,
hingga kriminalitas dan sebagainya. Diperburuk lagi, kini banyak problema
lingkungan hidup kota sehingga pelestarian lingkungan makin berkurang dan
perencanaan kota jadi tidak sesuai dengan kenyataan akibat pengaturan Rencana
Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) baik kota maupun propinsi yang sering tidak
sinkron. Buntut dari rangkaian masalah itu tidak lain adalah tingkat daya
dukung kota terhadap kehidupan warga yang makin rendah.
Secara
umum, pertumbuhan penduduk kota-kota di dunia cenderung mengalami lonjakan yang
sangat fenomenal, sementara pada saat yang sama, kualitas lingkungan cenderung
menurun. Lebih dari setengah jumlah penduduk di dunia sekarang ini tinggal di
perkotaan. Masalah-masalah perkotaan, seperti kepadatan lalu lintas, pencemaran
udara, perumahan dan pelayanan masyarakat yang kurang layak, kriminal,
kekerasan dan penggunaan obat-obat terlarang menjadi masalah yang harus
dihadapi masyarakat perkotaan. Sangat wajar, apabila kecenderungan tersebut
terus-menerus tidak ditangani maksimal, ibarat bola salju yang makin lama makin
membesar, dan akhirnya memicu runtuhnya kekuatan psikologis masyarakat.
Jika
penduduk Surabaya tahun 2010 diasumsikan berjumlah 5 juta jiwa, berarti setiap
jiwa hanya disuplai oleh lingkungan alam lebih kurang seluas 650 meter persegi,
padahal dalam suplai udara bersih, tidak ada ruang lagi untuk mendapatkannya.
Penyebabnya adalah jumlah penggunaan kendaraan bermotor yang makin meningkat
sehingga akan menghasilkan gas polutan bahan-bahan insektisida. Masalah polusi
udara di dalam ruangan adalah yang paling kerap kita hadapi sehari-hari.
Menurut laporan EPA (Environmental Protection Agency) 26.000 jiwa meninggal
dalam setiap tahunnya yang diakibatkan dari polusi udara dalam ruangan.
Sementara menurut laporan WHO sebanyak 12,5 juta jiwa mengalami gangguan
kesehatan akibat polusi udara tersebut.
Pertumbuhan
Penduduk dan Tingkat Pendidikan
Suatu
wilayah dengan pertambahan penduduk yang pesat dapat menyebabkan masalah-
masalah pendidikan, pengangguran, kesenjangan sosial dan masalah-masalah lainnya.
Dengan jumlah penduduk yang besar maka fasilitas-fasilitas sosial, pendidikan
dan pekerjaan juga ikut meningkat. Jika penduduk di suatu kota yang padat tidak
terpenuhi fasilitas pendidikannya maka akan menyebabkan penurunan tingkat
pendidikan wilayah tersebut. Tingkat pendidikan yang rendah dapat menyebabkan
pengangguran sehingga dampak pada tingkat perekonomian juga memburuk. Jika
masalah ini terus diabaikan maka kemerosotan negara tidak dapat dihindari.
Tingkat pendidikan yang buruk dapat menyebabkan anak-anak mengalami depresi.
Hal ini memicu terjadinya pekerjaan-pekerjaan yang tidak layak dilakukan oleh
anak-anak di bawah umur. Bahkan dampak lain dari masalah ini bisa menyebabkan
tingkat tindakan kriminal yang dilakukan anak-anak meningkat.
Generasi muda dan anak-anak yang cerdas adalah kunci kemajuan suatu negara.
Jika masa kanak-kanak mereka diisi dengan hal-hal negatif maka jalan menuju
kesuksesan bangsa akan semakin jauh. Penduduk merupakan pelaku pembangunan.
Maka kualitas penduduk yang tinggi akan lebih menunjang laju pembangunan
ekonomi. Usaha yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kualitas penduduk
melalui fasilitas pendidikan, perluasan lapangan pekerjaan dan penundaan usia
kawin pertama. Di negara-negara yang anggaran pendidikannya rendah, biasanya
menunjukkan angka kelahiran yang tinggi. Tidak hanya persediaan dana yang
kurang, tetapi komposisi usia secara piramida pada penduduk yang berkembang
dengan cepat juga berakibat bahwa rasio antara guru yang terlatih dan jumlah anak
usia sekolah akan terus berkurang.
Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga untuk
melaksanakan pembangunan dalam segala bidang belum dapat berjalan dengan cepat,
karena kekurangan modal maupun tenaga tenaga ahli/ terdidik, Akibatnya
fasilitas secara kualitatif dalam bidang pendidikan masih terbatas. Pertambahan
penduduk yang cepat, lepas daripada pengaruhnya terhadap kualitas dan kuantitas
pendidikan, cenderung untuk menghambat perimbangan pendidikan. Kekurangan
fasilitas pendidikan menghambat program persamaan atau perimbangan antara
pedesaan dan kota, dan antara bagian masyarakat yang kaya dan miskin. Oleh
karena itu, masyarakat dalam mencapai pendidikan yang tinggi masih sedikit
sekali. Hal ini disebabkan karena :
- Tingkat kesadaran masyarakat untuk bersekolah rendah.
- Besarnya anak usia sekolah yang tidak seimbang dengan penyediaan sarana pendidikan.
- Pendapatan perkapita penduduk di Indonesia rendah sehingga belum dapat memenuhi Kebutuhan hidup primer, dan untuk biaya sekolah.
Dampak
yang ditimbulkan dari rendahnya tingkat pendidikan terhadap pembangunan adalah:
- Rendahnya penguasaan teknologi maju, sehingga harus mendatangkan tenaga ahli dari negara maju. Keadaan ini sungguh ironis, di mana keadaan jumlah penduduk Indonesia besar, tetapi tidak mampu mencukupi kebutuhan tenaga ahli yang sangat diperlukan dalam pembangunan.
- Rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan sulitnya masyarakat menerima hal-hal yang baru. Hal ini nampak dengan ketidak mampuan masyarakat merawat hasil pembangunan secara benar, sehingga banyak fasilitas umum yang rusak karena ketidakmampuan masyarakat memperlakukan secara tepat. Kenyataan seperti ini apabila terus dibiarkan akan menghambat jalannya pembangunan.
Pengaruh daripada dinamika penduduk terhadap pendidikan juga
dirasakan pada keluarga. Penelitian yang dilakukan pada beberapa negara dengan
latar belakang budaya yang berlainan menunjukkan bahwa jika digabungkan dengan
kemiskinan, keluarga dengan jumlah anak banyak dan jarak kehamilan yang dekat,
menghambat perkembangan berfikir anak-anak, berbicara dan kemauannya, di
samping kesehatan dan perkembangan fisiknya. Kesulitan orang tua dalam
membiayai anak-anak yang banyak, lebih mempersulit masalah ini. Helen Callaway,
seorang ahli antropologi Amerika yang mempelajari masyarakat buta huruf,
menyimpulkan bahwa perkembangan ekonomi dan perluasan pendidikan dasar telah
memperluas jurang pemisah antara pria dan wanita. Hampir di mana – mana pria
diberikan prioritas untuk pendidikan umum dan latihan – latihan teknis. Mereka
adalah orang – orang yang mampu menghadapi tantangan – tantangan dalam dunia.
Sebaliknya pengetahuan dunia di tekan secara tajam pada tingkat yang terbawah.
Pengaruh daripada dinamika penduduk terhadap pendidikan juga dirasakan pada
keluarga. Penelitian yang dilakukan pada beberapa negara dengan latar belakang
budaya yang berlainan menunjukkan bahwa jika digabungkan dengan kemiskinan,
keluarga dengan jumlah anak banyak dan jarak kehamilan yang dekat, menghambat
perkembangan berfikir anak – anak, berbicara dan kemauannya, di samping
kesehatan dan perkembangan fisiknya. Kesulitan orang tua dalam membiayai anak –
anak yang banyak, lebih mempersulit masalah ini padahal tingkat pendidikan
sangat siperlukan sebagai alat menyampaikan informasi kepada manusia tentang
perlunya perubahan dan untuk merangsang penerimaan gagasan – gagasan baru.
Pertumbuhan
Penduduk dan Penyakit yang Berkaitan dengan Lingkungan Hidup
Kemampuan
manusia untuk mengubah atau memoditifikasi kualitas lingkungannya tergantung
sekali pada taraf sosial budayanya. Masyarakat yang masih primitif hanya mampu
membuka hutan secukupnya untuk memberi perlindungan pada masyarakat.
Sebaliknya, masyarakat yang sudah maju sosial budayanya dapat mengubah
lingkungan hidup sampai taraf yang irreversible. Perilaku masyarakat ini
menentukan gaya hidup tersendiri yang akan menciptakan lingkungan yang sesuai
dengan yang diinginkannya mengakibatkan timbulnya penyakit juga sesuai dengan
prilakunya tadi. Dengan demikian eratlah hubungan antara kesehatan dengan
sumber daya social ekonomi. WHO menyatakan “Kesehatan adalah suatu keadaan
sehat yang utuh secara fisik, mental dan sosial serta bukan hanya merupakan
bebas dari penyakit”.Dalam Undang Undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok
Kesehatan. Dalam Bab 1,Pasal 2 dinyatakan bahwa “Kesehatan adalah meliputi
kesehatan badan (somatik),rohani (jiwa) dan sosial dan bukan hanya deadaan yang
bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan”. Definisi ini memberi arti yang sangat
luas pada kata kesehatan.
Keadaan
kesehatan lingkungan di Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapaat
perhatian, karena menyebabkan status kesehatan masyarakat berubah seperti:
Peledakan penduduk, penyediaan air bersih, pengolalaan sampah,pembuangan air
limbah penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah pemukiman, pelayanan
kesehatan, ketersediaan obat, populasi udara, abrasi pantai,penggundulan hutan
dan banyak lagi permasalahan yang dapat menimbulkan satu model penyakit. Jumlah
penduduk yang sangat besar 19.000 juta harus benar-benar ditangani
masalah.pemukiman sangat penting diperhatikan. Pada saat ini pembangunan di
sektor perumahan sangat berkembang, karena kebutuhan yang utama bagi
masyarakat. Perumahan juga harus memenuhi syarat bagi kesehatan baik ditinjau
dari segi bangungan, drainase, pengadaan air bersih, pentagonal sampah domestik
uang dapat menimbulkan penyakit infeksi dan ventilasi untuk pembangunan asap
dapur.
Indonesia
saat ini mengalami transisi dapat terlihat dari perombakan struktur ekonomi
menuju ekonomi industri, pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi yang
meningkatkan jumlahnya, maka berubahlah beberapa indikator kesehatan seperti
penurunan angka kematian ibu, meningkatnya angka harapan hidup ( 63 tahun ) dan
status gizi. Jumlah penduduk terus bertambah, cara bercocok tanam tradisional
tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Pertumbuhan Penduduk yang
tidak merata tersebut sangat berpengaruh dengan lingkungan, penduduk yang
tinggal dipemukiman yang sembarangan akan mengakibatkan lingkungan yang tidak
bersih. Lingkungan yang tidak dijaga akan mengakibatkan penyakit yang dapat
mengacam kesehatan manusia, misalnya penyakit yang diakibatkan oleh lingkungan
adalah Malaria, Muntaber, Penyakit Kulit, Tifus, dll. Seperti banjir, polusi
air, dan polusi udara adalah faktor yang mengakibatkan terjadinya penyakit,
jika lama kelamaan manusia tidak memperhatikan lingkunganya maka sangat besar
peluang penyakit menyebar, dalam hal ini kesadaran manusia sangat dibutuhkan,
kita diharapkan perlu adanya sosialisasi kepada penduduk tentang pemukiman yang
sehat dan adanya jaminan kesehatan bagi masyarakat luas dari pemerintah dan
pemerintah haruslah meningkatkan pendidikan kesehatan bagi masyarakat, dan yang
paling penting diperhatikan pemeintah adalah pelayanan kesehatan masyarakat
yaitu dengan menciptakan klinik disetiap pemukiman penduduk.
Pertumbuhan
Penduduk dan Kelaparan
Kekurangan
gizi dan angka kematian anak meningkat di sejumlah kawasan yang paling buruk di
Asia dan Pasifik kendati ada usaha internasional untuk menurunkan keadaan itu,
kata sebuah laporan badan kesehatan PBB hari Senin. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) menegaskan bahwa sasaran kesehatan yang ditetapkan berdasarkan delapan
Tujuan Pembangunan Milenium PBB tahun 2000 tidak akan tercapai pada tahun 2015
berdasarkan kecnderungan sekarang. “Sejauh ini bukti menunjukkan bahwa kendati
ada beberapa kemajuan, di banyak negara, khususnya yang paling miskin, tetap
ketinggalan dalam kesehatan,” kata Dirjen WHO Lee Jong Wook dalam laporan itu.
Kendati tujuan pertama mengurangi kelaparan, situasinya bahkan memburuk
sementara negara-negara miskin berjuang mengatatasi masalah pasokan pangan yang
kronis, kata data laporan itu.
Antara
tahun 1990 dan 2002– data yang paling akhir– jumlah orang yang kekurangan
makanan meningkat 34 juta di indonesia dan 15 juta di Surabaya dan 47 juta
orang di Asia timur, kata laporan tersebut. Proporsi anak berusia lima tahun ke
bawah yang berat badannya terlalu ringan di Surabaya, tenggara dan timur meningkat
enam sampai sembilan persen antara tahun 1990 dan 2003, sementara hampir tidak
berubah (32 persen). Lebih dari separuh anak-anak di Asia selatan kekurangan
gizi, sementara rata-rata di negara-negara berkembang tahun 2003 tetap
sepertiga. “Meningkatnya pertambahan penduduk dan produktivitas pertanian yang
rendah merupakan alasan utama kekurangan pangan di kawasan-kawasan ini,” kata
laporan itu. Kelaparan cenderung terpusat di daerah-daerah pedesaan di kalangan
penduduk yang tidak memilki tanah atau para petani yang memiliki kapling yang
sempit untuk memenunhi kebutuhan hidup mereka,” tambah dia.
Tidak ada satupun negara-negara miskin dapat memenuhi tantangan mengurangi
tingkat kematian anak. Kematian bayi meningkat tajam di Surabaya antara tahun
1999 dan 2003, yang menurut data terakhir yang diperoleh, dari 90 sampai 126
anak per 1.000 kelahiran hidup. Juga terjadi peningkatan tajam dari 38 menjadi
87 per 1.000 kelahiran hidup. “Untuk sebagian besar negara kemajuan dalam
mengurangi kematian anak juga akan berjalan lambat karena usaha-usaha
mengurangi kekurangan gizi dan mengatasi diare, radang paru-paru, penyakit yang
dapat dicegah dengan vaksin dan malaria tidak memadai,” kata laporan itu.
Berdasarkan kecenderungan sekarang, WHO memperkirakan pengurangan dalam angka
kematian dikalangan anak berusia dibawah lima tahun antara tahun 1990 dan 2015
akan menjadi sekitar seperempat, kurang dari dua pertiga dari yang diusahakan.
Tingkat
kematian ibu diperkirakan akan menurun hanya di negara-negara yang telah
memiliki tingkat kematian paling rendah sementara sejumlah negara yang
mengalami angka terburuk bahkan sebaliknya. Tingginya laju pertumbuhan penduduk
dan angka kelahiran di Indonesia, diperparah dengan pola penyebaran penduduk
yang tidak merata. “Jika semua itu, tidak segera dikendalikan, maka hal itu
akan jadi beban buat kita semua. Karena itu, baik pria maupun wanita harus
memaksimalkan program KB. Untuk mengurangi jumlah penduduk lapar tersebut, maka
menurut Diouf diperlukan peningkatan produksi dua kali lipat dari sekarang pada
tahun 2050. Peningkatan produksi ini khususnya perlu terjadi di negara
berkembang, di mana terdapat mayoritas penduduk miskin dan lapar. Jumlah
penduduk dunia yang mengalami kelaparan meningkat sekitar 50 juta jiwa selama tahun
2007 akibat dari kenaikan harga pangan dan krisis energi.
Kemiskinan
dan Keterbelakangan
Salah
satu wabah penyakit yang melanda negara-negara yang sedang berkembang ialah
kemiskinan dan keterbelakangan. Kemiskinan dan keterbelakangan adalah suatu
penyakit, karena dalam kenyataannya dua hal itu melemahkan fisik dan mental
manusia yang tentunya juga berdampak negative terhadap lingkungan. Kemiskinan
dan keterbelakangan begitu erat kaitannya satu sama lain sehingga dapat
dianggap sebagai satu pengertian, maka digunakan satu istilah saja, yaitu
kemiskinan di mana sudah terkait pengertian keterbelakangan.
Dampak
kemiskinan terhadap orang-orang miskin sendiri dan terhadap lingkungannya, baik
lingkungan social maupun lingkungan alam, dengan sendirinya sudah jelas
negative. Orang miskin tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi minimal bagi dirinya
sendiri maupun bagi keluarganya. Dampak kemiskinan terhadap lingkungan social
tampakmengalirnya penduduk ke kota-kota tanpa bekal pengetahuan apalagi bekal
materi. Akibatnya antara lain ialah banyaknya tukang becak, pemungut punting,
gelandangan, pengemis, dan sebagainnya yang menghuni kampung-kampung liar dan
jorok di gubuk-gubuk reot yang tidak pantas didiami manusia. Sebab-sebab
kemiskinan yang pokok bersumber dari empat hal, yaitu mentalitas si miskin itu
sendiri, minimnya ketrampilan yang dimilikinya, ketidakmampuannya untuk
memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang disediakan, dan peningkatan jumlah
penduduk yang relatif berlebihan.
Kemiskinan
dan keterbelakangan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah
ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari
segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah
yang telah mapan,dll. Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara.
Pemahaman
utamanya mencakup:
- Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipsdfgeggahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
- Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
- Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna “memadai” di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Kartasasmita
mengatakan bahwa kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang ditandai
dengan pengangguran dan keterbelakangan, yang kemudian meningkat menjadi
ketimpangan. Masyarakat miskin pada umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas
aksesnya kepada kegiatan ekonomi sehingga tertinggal jauh dari masyarakat
lainnya yang mempunyai potensi lebih tinggi. Hal tersebut senada dengan yang
dikatakan Friedmann yang mengatakan bahwa kemiskinan sebagai akibat dari
ketidak-samaan kesempatan untuk mengakumulasi basis kekuatan sosial. Namun
menurut Brendley, kemiskinan adalah ketidaksanggupan untuk mendapatkan
barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan
sosial yang terbatas. Hal ini diperkuat oleh Salim yang mengatakan bahwa
kemiskinan biasanya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memperoleh
kebutuhan hidup yang pokok. Sedangkan Lavitan mendefinisikan kemiskinan sebagai
kekurangan barang-barang dan pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu
standar hidup yang layak.
ILMU
TEKNOLOGI DAN PENGETAHUAN LINGKUNGAN
Teknologi adalah
metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis; ilmu pengetahuan terapan atau
dapat pula diterjemahkan sebagai keseluruhan sarana untuk menyediakan
barang-barang yg diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.Dalam
memasuki Era Industrialisasi,
pencapaiannya sangat ditentukan oleh penguasaan teknologi karena teknologi
adalah mesin penggerak pertumbuhan melalui industry.Sebagian
beranggapan teknologi adalah barang atau sesuatu yang baru.namun,
teknologi itu telah berumur sangat panjang dan merupakan suatu gejala
kontemporer. Setiap zaman memiliki teknologinya sendiri.
Teknologi
yang berkembang dengan pesat mengakibatkan berbagai dampak positif maupun
negatif.Konsekuensi dampak negatif akibat perkembangan teknologi yang harus
diterima oleh lingkungan salah satunya adalah terjadinya pemanasan
global.Manusia sebagai subjek utama dari skenario kehidupan di alam semesta ini
adalah pemegang arah yang paling berpengaruh terhadap lingkungan.Berbagai efek
yang ditimbulkan akibat pemanasan global pada dasarnya adalah akibat ulah
manusia itu sendiri.Walaupun tidak dapat di pungkiri bahwa itu semua mereka
lakukan demi mempertahankan kehidupan mereka masing-masing.
Lingkungan
adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan
kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung.Lingkungan bisa dibedakan
menjadi lingkungan biotik dan abiotik.Jika kalian berada di sekolah, lingkungan
biotiknya berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua
orang yang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun
sekolah serta hewan-hewan yang ada di sekitarnya.Adapun lingkungan abiotik
berupa udara, meja kursi, papan tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda
mati yang ada di sekitar.Seringkali lingkungan yang terdiri dari sesama manusia
disebut juga sebagai lingkungan sosial.Lingkungan sosial inilah yang
membentuk sistem pergaulan yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian
seseorang.
Keberlanjutan
Pembangunan
Pembangunan
Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang
meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan
tugas mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945.
Pembangunan
berkelanjutan dirumuskan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini
tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi mendatang.Pembangunan
berkelanjutan mengandung makna jaminan mutu kehidupan manusia dan tidak
melampaui kemampuan ekosistem untuk mendukungnya. Dengan demikian pengertian
pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
pada saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Konsep ini mengandung dua unsur:
- Yang pertama adalah kebutuhan,
khususnya kebutuhan dasar bagi golongan
masyarakat yang kurang beruntung, yang amat perlu mendapatkan prioritas tinggi dari semua negara. - Yang kedua adalah keterbatasan. Penguasaan teknologi dan organisasi sosial harus memperhatikan keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan manusia pada saat ini dan di masa depan.
Mutu
Lingkungan Hidup Dengan Resiko
Pengertian
tentang mutu lingkungan sangatlah penting, karena merupakan dasar dan pedoman
untuk mencapai tujuan pengelolaan lingkungan.Perbincangan tentang lingkungan
pada dasarnya adalah perbincangan tentang mutu lingkungan. Namun dalam
perbincangan itu apa yang dimaksud dengan mutu lingkungan tidak jelas. Mutu
lingkungan hanyalah dikaitkan dengan masalah lingkungan misalnya pencemaran,
erosi, dan banjir.
Secara
sederhana kualitas lingkungan hidup diartikan sebagai keadaan lingkungan yang
dapat memberikan daya dukung yang optimal bagi kelangsungan hidup manusia di
suatu wilayah. Kualitas lingkungan itu dicirikan antara lain dari suasana yang
membuat orang betah/kerasan tinggal ditempatnya sendiri. Berbagai keperluan
hidup terpenuhi dari kebutuhan dasar/fisik seperti makan minum, perumahan
sampai kebutuhan rohani/spiritual seperti pendidikan, rasa aman, ibadah dan
sebagainya.
Indonesia
adalah sebuah negara tropis yang kaya akan sumber daya alam. Melimpah ruahnya
sumber daya alam Indonesia sudah sangat terkenal sejak zaman dulu. Penjajahan
yang terjadi di tanah air tercinta ini pun awalnya adalah perebutan akan
potensi sumber daya alam ini. Secara alami, kehidupan ini memang merupakan
hubungan yang terjadi timbal balik antara sumber daya manusia dan sumber daya
alam (baik yang dapat diperbaharui atau pun tidak).Hubungan timbal balik
tersebut pada akhirnya adalah penentu laju pembangunan.Faktor-faktor yang
mempengaruhi dan menentukan perkembangan pembangunan adalah lingkungan sosial
(jumlah, kepadatan, persebaran, dan kualitas penduduk), dan pengaruh kehidupan
sosial budaya, ekonomi, politik, teknologi, dan sebagainya.
Sekian
lama terkenalnya Indonesia sebagai negara subur makmur dengan kondisi alam yang
sangat mendukung ditambah pula dengan potensi sumber daya mineral yang juga
ternyata sangat melimpah ruah, ternyata Indonesia sampai saat ini hanya bisa
menjadi negara berkembang, bukan negara maju.Banyak faktor yang kemudian
menyebabkan Indonesia tidak kunjung menjadi negara maju.Salah satunya adalah
pengelolaan negara yang tidak profesional termasuk dalam hal pengelolaan
potensi alam. Kualitas lingkungan hidup dibedakan berdasarkan biofisik, sosial
ekonomi, dan budaya yaitu :
- biofisik adalah lingkungan yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik yang berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Komponen biotik merupakan makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan dan manusia, sedangkan komponen abiotik terdiri dari benda-benda mati seperti tanah, air, udara, cahaya matahari.Kualitas lingkungan biofisik dikatakan baik jika interaksiantar komponen berlangsung seimbang.
- Lingkungan sosial ekonomi, adalah lingkungan manusia dalam hubungan dengan sesamanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Standar kualitas lingkungan sosial ekonomi dikatakan baik jika kehidupan manusia cukup sandang, pangan, papan, pendidikan dan kebutuhan lainnya.
- Lingkungan budaya adalah segala kondisi, baik berupa materi (benda) maupun nonmateri yang dihasilkan oleh manusia melalui aktifitas dan kreatifitasnya. Lingkungan budaya dapat berupa bangunan, peralatan, pakaian, senjata. Dan juga termasuk non materi seperti tata nilai, norma, adat istiadat, kesenian, sistem politik dan sebagainya. Standar kualitas lingkungan diartikan baik jika di lingkungan tersebut dapat memberikan rasa aman, sejahtera bagi semua anggota masyarakatnya dalam menjalankan dan mengembangkan sistem budayanya.
Pada
pasal 28H Undang-Undang Dasar Tahun 1945 mengamanatkan bahwa lingkungan
hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara
Indonesia.Artinya bahwa menjaga lingkungan hidup agar tetap baik dan sehat
adalah sebuah kewajiban karena merupakan bagian dari hak asasi setiap warga
negara Indonesia.
Indonesia
menjadi negara dengan laju deforestasi tercepat di seluruh
dunia. Setiap menit area hutan setara dengan luas lima lapangan sepak bola
dihancurkan sebagian besar untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit dan pulp and
paper, atau rata-rata 1,8 juta hektar hutan per tahun. Kondisi ini menempatkan
Indonesia sebagai Negara penghasil emisi gas rumah kaca ketiga terbesar di
dunia setelah China dan Amerika Serikat.
Pengrusakan
lingkungan juga dilakukan oleh banyak masyarakat kita yang pada akhirnya juga
mempengaruhi kualitas lingkungan sekitar.Buang sampah sembarangan, penggunaan
bahan-bahan pestisida dan banyak lagi juga menyebabkan degradasi kualitas
lingkungan semakin menjadi.
Presiden
sebagai penanggung jawab pengelolaan negara seharusnya bisa dengan cepat
mengambil langkah-langkah kongkret untuk menanggulangi segala bentuk
pengrusakan lingkungan hidup.Aturan-aturan yang mendukung seharusnya segera
ditegakan tanpa pandang bulu.Kalau perlu bentuk pula satgas mafia lingkungan
hidup untuk mendukung penuntasan masalah-masalah yang ada.Aturan yang ada juga
seharusnya berkaitan dengan pengaturan perilaku masyarakat.Masalah-masalah
lingkungan hidup ini terkesan menjadi rahasia umum, banyak masalah, ada aturan
namun minim tindakan.
Kesadaran
Lingkungan Dalam Pembangunan
Tingginya
peningkatan kesadaran masyarakat terhadap permasalahan lingkungan di
sekitarnya,pencemaran yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan yang
diakibatkan oleh dampak bau, debu, kebisingan, getaran, maupun penurunan
kualitas air sumur dan air sungai.
Pembangunan
yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak dapat
terhindarkan dari penggunaan sumberdaya alam; namun eksploitasi sumberdaya alam
yang tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan mengakibatkan
merosotnya kualitas lingkungan.Banyak faktor yang menyebabkan kemerosotan
kualitas lingkungan serta kerusakan lingkungan yang dapat diidentifikasi dari
pengamatan di lapangan, oleh sebab itu dalam artikel ini dicoba diungkap secara
umum sebagai gambaran potret lingkungan hidup, khususnya dalam hubungannya dengan
pengelolaan lingkungan hidup di era otonomi daerah.
Hal
ini mengingat visi pembangunan berkelanjutan bertolak dari Pembukaan Undang –
Undang Dasar 1945 yaitu terlindunginya segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia; tercapainya kesejahteraan umum dan kehidupan bangsa
yang cerdas; dan dapat berperannya bangsa Indonesia dalam melaksankan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial. Dengan demikian, visi pembangunan yang kita anut adalah pembangunan
yang dapat memenuhi aspirasi dan kebutuhan masyarakat generasi saat ini tanpa
mengurangi potensi pemenuhan aspirasi dan kebutuhan generasi mendatang.Oleh
karena itu fungsi lingkungan hidup perlu terlestarikan.
Kebijakan pembangunan Nasional menerapkan prinsipberkelanjutan yang memadukan ketiga pilar pembangunan yaitu bidang ekonomi, sosial dan lingkungan hidup.
Kebijakan pembangunan Nasional menerapkan prinsipberkelanjutan yang memadukan ketiga pilar pembangunan yaitu bidang ekonomi, sosial dan lingkungan hidup.
Untuk
itu diperlukannya upaya penyelamatan lingkungan hidup,walaupun masih dijumpai
beberapa kendala. Antara lain masih lemahnya penegakan hukum serta masih
rendahnya kesadaran masyarakat. “Termasuk kalangan pengusaha dan industri
terhadap pengelolaan dan penyelamatan lingkungan hidup.dengan mewujudkan
lingkungan hidup yang seimbang, terkendali dan lestari, dengan pendekatan
pemberdayaan masyarakat serta perencanaan pembangunan yang berwawasan
lingkungan,maka kita juga dapat menjaga dan melestarikan lingkungan hidup ini
untuk generasi masa depan agar dapat terjaga sampai kapanpun.
Hubungan
Lingkungan Dengan Pembangunan
Karena
peningkatan usaha pembangunan maka akan terjadi pula peningkatan penggunaan
sumber daya uuntuk menyokong pembangunan dan timbulnya
permasalahan-permasalahan dan lingkungan hidup manusia.Dalam pembangunan,
sumber alam merupakan komponen yang penting dimana sumber alam ini memberikan
kebutuhan asasi bagi kehidupan.Dalam penggunaan sumber alam tadi, hendaknya
keseimbangan ekosisitem tetap terpelihara. Seringkali karena meningkatnya
kebutuhan akan hasil proyek pembangunan, keseimbangan ini bisa terganggu, yang
kadang-kadang bisa membahayakan kehidupan umat.
Proses
pembangunan mempunyai akibat-akibat yang lebih luas terhadap lingkungan hidup
manusia, baik akibat langsung maupun akibat sampingan seperti pengurangan
sumber kekayaan alam secara kuantitatif dan kualitatif, pencemaran biologis,pencemaran
kimiawi,ganguan fisik dan ganguan sosial-budaya.
Kerugian-kerugian
dan perubahan-perubahan terhadap lingkungan perlu diperhitungkan dengan
keuntungan yang diperkirakan akan diperoleh dari suatu proyek pembangunan. Baru
setelah itu disusun pedoman-pedoman kerja yang jelas bagi berbagai kegiatan
pembangunan baik berupa industri atau bidang lain, yang memperhatikan faktor
perlindungan hidup manusia.
Pencemaran
dan perusakan lingkungan hidup oleh proses pembangunan
Sebagaimana
diarahkan dalam GBHN Tahun 1988, pembangunan industri merupakan bagian dari
pembangunan ekonomi jangka panjang untuk mencapai struktur ekonomi yang semakin
seimbang dengan sektor industri yang maju dan di dukung oleh sector pertanian
yang tangguh. Selanjutnya digariskan pula bahwa proses industrialisasi harus
mampu mendorong berkembangnya industri sebagai penggerak utama pertumbuhan
ekonomi,pencipta lapangan kerja baru,sumber peningkatan ekspor dan penghematan
devisa,penunjang pembangunan daerah, penunjang pembangunan sektor-sektor
lainnya sekaligus sebagai wahana pengembangan dan panguasaan teknologi.
Industrialisasi
merupakan pilihan bagi bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan
hidupnya. Hal tersebut antara lain disebabkan terbatasnya lahan pertanian.
Industrialisasi merupakan suatu jawaban terhindarnya tekanan penduduk terhadap
lahan pertanian.Yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa industri merupakan
salah satu sektor pembangunan yang sangat potensial untuk merusak dan mencemari
lingkungan. Apabila hal ini tidak mendapat perhatian yang serius maka ada kesan
bahwa antara industri dan lingkungan hidup tidak berjalan seiring, dalam arti
semakin maju industri akan semakin rusak lingkungan hidup itu.Industri yang
menggunakan teknologi untuk meningkatkan taraf hidup manusia akan memberikan
dampak negatif pula berupa pencemaran dan kerusakan lingkungan. Unsur-unsur
pokok yang diperlukan untuk kegiatan industri antara lain adalah:
- Sumber daya alam (berupa bahan baku,energi dan air)
- Sumber daya manusia (berupa tenaga kerja pada berbagai tingkatan pedidikan)
- Peralatan
Kegiatan
pembangunan industri yang melibatkan unsur-unsur tersebut dapat menimbulkan
dampak negatif yang berupa:
- Pandangan yang kurang menyenangkan pada wilayah industri
- Penurunan nilai tanah disekitar industri bagi pemukima
- Timbul kebisingan oleh operasi paralatan
- Bahan-bahan buangan yang dikeluarkan indutri dapat mengganggu atau mengotori udara,air,tanah
- Perpindahan penduduk yang dapat menimbulkan dampak social
- Hasil produksi industri dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat
- Timbulnya kecemburuan social
Daftar
Refrensi