DAFTAR
ISI
1. KEINDAHAN
..............................................................................................1
2. NILAI
EKSTRINSIK DAN INTRINSIK PADA MANUSIA.....................3
3. PENDERITAN
DAN SIKSAAN.................................................................5
4. RENUNGAN................................................................................................7
5. PHOBIA.......................................................................................................12
6. PENDAPAT
APABILA ADA SESEORANG YANG MENGALAMI PENDERITAAN................................................................................................13
7. REFERENSI................................................................................................13
PENGERTIAN KEINDAHAN
Keindahan atau keelokan merupakan sifat dan ciri dari
orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman persepsi
kesenangan, bermakna, atau kepuasan. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, keindahan
diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok.
Keindahan dipelajari sebagai bagian dari estetika, sosiologi, psikologi sosial,
dan budaya. Sebuah "kecantikan yang ideal" adalah sebuah entitas yang
dikagumi, atau memiliki fitur yang dikaitkan dengan keindahan dalam suatu
budaya tertentu, untuk kesempurnaannya.
Pengalaman "keindahan" sering melibatkan
penafsiran beberapa entitas yang seimbang dan selaras dengan alam, yang dapat
menyebabkan perasaan daya tarik dan ketenteraman emosional. Karena ini adalah
pengalaman subyektif, sering dikatakan bahwa beauty is in the eye of the
beholder atau "keindahan itu berada pada mata yang melihatnya.
Kata benda Yunani klasik untuk "keindahan "
adalah κάλλος, kallos, dan kata sifat untuk "indah" itu καλός,
kalos. Kata bahasa Yunani Koine untuk indah itu ὡραῖος, hōraios,
kata sifat etimologis berasal dari kata ὥρα, hora, yang berarti
"jam." Dalam bahasa Yunani Koine, keindahan demikian dikaitkan dengan
"berada di jam (waktu) yang sepatutnya.
Sebuah buah yang matang (pada waktunya) dianggap
indah, sedangkan seorang wanita muda mencoba untuk tampil lebih tua atau
seorang wanita tua mencoba untuk tampil lebih muda tidak akan dianggap cantik.
Dalam bahasa Yunani Attic, hōraios memiliki banyak makna, termasuk
"muda" dan "usia matang.
Keelokan pada Manusia
Wanita yang elok rupanya disebut "cantik"
atau "ayu", sementara pria yang rupawan disebut "tampan"
atau "ganteng" di dalam masyarakat. Sifat dan ciri seseorang yang
dianggap "elok", apakah secara individu atau dengan konsensus
masyarakat, sering didasarkan pada beberapa kombinasi dari Inner Beauty
(keelokan yang ada di dalam), yang meliputi faktor-faktor psikologis seperti
kepribadian, kecerdasan, keanggunan, kesopanan, kharisma, integritas, dan
kesesuaian, dan Outer Beauty (keelokan yang ada di luar), yaitu daya
tarik fisik yang meliputi faktor fisik, seperti kesehatan, kemudaan, simetri
wajah, dan struktur kulit wajah.
Standar kecantikan/ketampanan selalu berkembang,
berdasarkan apa yang dianggap suatu budaya tertentu sebagai berharga. Lukisan
sejarah memperlihatkan berbagai standar yang berbeda untuk keelokan manusia.
Namun manusia yang relatif muda, dengan kulit halus, tubuh proporsional, dan
fitur biasa, secara tradisional dianggap paling elok sepanjang sejarah.
Nilai Ekstrinsik Dan Instristik
Pengertian ekstrinsik adalah sifat baik
dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya
(“instrumental! Contributory value”), yakni nilai yang bersifat sebagai alat
atau membantu. Contohnya : puisi, bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi,
baris, sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik. Pengertian intrinsic
adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan,
ataupun demi kepentingan benda itu sendiri.Contohnya : pesan puisi yang ingin
disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda) puisi itu disebut nilai
intrinsik .
Nilai keindahan instrinsik adalah nilai bentuk
seni yang dapat diindera dengan mata, telinga atau keduanya. Nilai bentuk ini
kadang juga disebut nilai struktur yaitu bagaimana cara menyusun nilai-nilai
ekstrinsiknya atau bahannya berupa rangkaian peristiwa. Semuanya disusun begitu
rupa sehingga menjadi sebuah bentuk yang berstruktur dan dinamai nilai
instrinsik. Cara menyusun bentuk tadi melahirkan sebuah cerita. Kumpulan
peristiwa yang sama oleh dua orang penulis mungkin saja disusun berdasarkan
urutan atau struktur yang berbeda, sehingga nilai seninya juga berbeda. Cara
menyusun yang berbeda ini menentukan arti ekstrinsiknya atau isi seni.
Cara kerja yang demikian itulah yang menyebabkan
setiap seniman dapat menciptakan karya seni yang secara instrinsik
berbeda-beda berdasarkan pengolahan ekstrinsiknya. Inilah pula yang
menyebabkan keindahan karya seni bukan melulu keindahan bentuk atau
instrinsiknya, tetapi juga menyangkut nilai ekstrinsiknya misalnya cara
menggambar daun jatuh oleh dua penyair dapat menghasilkan dua keindahan yang
berbeda. Ini disebabkan oleh karena cara instrinsik atau cara melukiskan
jatuhnya daun tadi berbeda berdasarkan visi atau pandangan penyair terhadap
bahannya, yakni jatuhnya daun.
Karya seni
tetap harus mengandung keindahan dalam pengertian menyenangkan inderawi dan
menggembirakan batin seperti pemandangan alam. Hanya saja dalam karya seni masih ditambah dengan penyampaian makna.
Pemandangan tak berkata apa-apa atau tidak menyampaikan pesan apa-apa, tetapi
setiap karya seni selalu menyampaikan sesuatu. Dan, aspek sesuatu atau bahan
atau isi seni tidaklah yang menyebabkan lahirnya perdebatan mengenai indah atau
tidaknya karya seni.
Tetapi, adakah karya seni yang
tidak indah ? misalnya lukisan mayat, sampah, daging tersayat, kematian,
kengerian. Itu hanya objek ekstrinsiknya belaka, sebagai objek tentu saja kaki
berkoreng itu tidak indah, malah menjinjikan atau menakutkan, mendatangkan
teror. Tetapi cara pandang pelukis atau penyair terhadap kaki berkoreng tadi
dapat indah dengan caranya menyusun bentuk strukturnya. Cara menggambarkan kaki
berkoreng tadi menyampaikan suatu makna, pesan, maksud, pandangan tentang hidup
ini sehingga hasil gambarannya tadi menjadi indah dalam arti menggembirakan
batin. Suatu lukisan yang penuh teror, kekasaran dan kekacauan dapat tampak
indah karena teror yang digambarkan tadi menyampaikan isi atau makna yang
menggembirakan aspek intelektual kita, misalnya.
Jadi setiap karya seni tentu mengandung keindahan. Dan keindahan tidak
selalu harus senada dengan keindahan pemandangan alam yang halus, halus,
menentramkan, indah tidak harus lembut, halus, teratur, seimbang. Indah juga
terwujud dalam bentuk kasar, keras, kacau dan tak seimbang atau tak harmonis,
asal membawakan suatu makna. Makna ekstrinsik itulah yang menyebabkan sebuah karya
seni dikatakan indah, menyenangkan inderawi dan menggembirakan batin. Bentuk
kasar penuh teror yang kacau tadi terwujud karena tuntutan ungkapan
ekstrinsiknya. Tuntutan ini seni atau bahan seni (yang berhubungan dengan
pandangan seniman) itulah yang melahirkan bentuk yang tidak indah. Jelaslah
bahwa keindahan seni berhubungan dengan unsur ekstrinsik dan instrinsik
sekaligus. Keduanya dapat dibedakan tetapi tak mungkin dipisahkan. Dalam
membicarakan unsur ekstrinsik, kita juga berbicara tentang unsur intrinsiknya
dan sebaliknya (Jacob Sumardjo. 2000 ; 155 – 157).
Demikian banyaknya hasil seni budaya dengan
menggunakan pendekatan ekstrinsik dan pendekatan intrinsik melalui proses
penghayatan kita dapat mengetahui alasan mereka atau seniman menciptakan keindahan
melalui hasil seni. Kalau Bagong Kussudiarjo ditanya mengapa ia menciptakan
berbagai kreasi tarian baru yang menggambarkan kehidupan nelayan, petani, buruh
pabrik, tentu ada berbagai macam jawaban mungkin ia ingin mengabadikan kegiatan
masing-masing pekerjaan itu pada zamannya. Karena kelak apabila teknologi maju
memasuki wilayah itu kegiatan mereka itu akan lain bentuknya. Atau mungkin ia
ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa keindahan itu tidak hanya dapat di
kota-kota saja, dan yang menggemari keindahan itu bukan hanya para cendikiawan
saja, tetapi di masyarakat, nelayan, buruh pabrik dan petani yang setiap hari
berjuang demi sesuap nasi-pun merindukan keindahan.
PENDERITAAN
DAN SIKSAAN
Pengertian penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita dan kata derita itu sendiri berasal dari bahasa sansekerta Dhra yang artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan baik lahir maupun batin.Penderitaan itu sendiri dianggap sebagai sebuah resiko kehidupan karena Tuhan tidak selalu memberikan kesenangan saja tapi juga akan memberikan sebuah penderitaan atau cobaan untuk menguji imannya atau untuk sebagai peringatan agar dia bisa kembali ke jalan yang benar.
Pengertian Siksaan
Penderitaan berasal dari kata derita dan kata derita itu sendiri berasal dari bahasa sansekerta Dhra yang artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan baik lahir maupun batin.Penderitaan itu sendiri dianggap sebagai sebuah resiko kehidupan karena Tuhan tidak selalu memberikan kesenangan saja tapi juga akan memberikan sebuah penderitaan atau cobaan untuk menguji imannya atau untuk sebagai peringatan agar dia bisa kembali ke jalan yang benar.
Pengertian Siksaan
Siksaan dapat diartikan sebagai siksaan yang menyangkut hal fisik atau jasmani dan dapat juga berupa psikis atau rohani. Perbedaan siksaan dan perbedaan adalah siksaan merupakan sebab dan penderitaan sebagai akibatnya.
Siksaan yang bersifat psikis :
- Kebimbangan, adalah rasa yang dialami seseorang ketika ia dihadapkan kepada pilihan pilihan yang sulit. Akibat dari kebimbangan seseorang akan ada dalam perasaan tidak menentu sehigga ia merasa tersiksa dalam hidupnya pada kondisi itu. Bagi orang yang kuat berpikirnya maka ia akan cepat mengambil keputusan dan sebaliknya.
- Kesepian, adalah suatu perasaan dimana seseorang merasakan rasa sepi dan rasa sendiri dalam menjalani hidup walaupun ada di lingkunga yang ramai. Kesepian ini juga merupakan salah satu wujud dari siksaan yang dapat dialami seseorang.
- Ketakutan, merupakan bentuk lain yang dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin. Bila rasa takut itu dibesar-bisarkan yang tidak pada tempatnya, maka ketakutan itu akan berkembang menjadi sebuah phobia. Pada umumnya setiap orang memiliki satu atau beberapa phobia ringan seperti takut pada tikus,ular,serangga, dll. Tetapi pada sebagian orang ketakutan tersebut sangat besar dan sifatnya mengganggu.
Sebab sebab yang menjadikan seseorang merasa ketakutan antara lain :
a. Claustrophobia dan Agoraphobia : merupakan sebuah rasa takut akan terhadap ruang tertutup dan ruang terbuka.
b. Gamang : merupakan ketakutan yang disebabkan oleh tempat yang tinggi.
c. Kegelapan : merupakan suatu ketakutan seseorang bila ia berada di tempat yang gelap karena yang ada dalam pikirannya dalam kegelapan tersebut akan muncul hal hal yang ditakuti seperti pencuri ataupun hantu.
d. Kesakitan : merupakan ketakutan yang disebabkan oleh rasa sakit yang akan dialaminya.
e. Kegagalan : merupakan ketakutan dari seseorang yang disebabkan oleh karena merasa bahwa apa yang akan dijalankan mengalami kegagalan.
Renungan
Renungan
Renungan berasal dari kata renung; artinya diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung. Dalam merenung untuk menciptakan seni ada beberapa teori antara lain : teori pengungkapan, teori metafisik dan teori psikologis.
Teori Pengungkapan.
Dalil teori ini ialah bahwa “arts is an expresition of human feeling” ( seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia) Teori ini terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh seorang seniman ketika menciptakan karya seni. Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952) Beliau antara lain menyatakan bahwa “Seni adalah pengungkapan pesan-pesan) expression adalah sama dengan intuition, dan intuisi adalah pegnetahuan intuitif yang diperoleh melalui penghayatan tentagn hal-hal individual yang menghasilkan gambaran angan-angan (images).”
Seorang tokoh lainnya adalah Leo Tolstoi dia menegaskan bahwa kegiatan seni aalah memunculkan dalam diri sendiri suatu perasaan yagn seseorang telah mengalaminya dan setelah memunculkan itu kemudian dengan perantaraan berbagai gerak, garis, warna, suara dan bentuk yang diungkapkan dalam kata-kata memindahkan perasaan itu sehingga orang-orang mengalami perasaan yang sama.
Teori
Metafisik
Teori seni yang bercotak metafisik merupakan salah satu contoh teori yang tertua, yakni berasal dari Plato yang karya-karyanya untuk sebagian membahas estetik filsafat, konsepsi keindahan dari teori seni. Mengenai sumber seni Plato mengungkapkan suatu teori peniruan (imitation teori). Ini sesuai dengan metafisika Plato yang mendalikan adanya dunia ide pada tarat yang tertinggi sebgai realita Ilahi. Pada taraf yang lebih rendah terdapat realita duniawi ini yang merupakan cerminan semu dan mirip realita ilahi. Dan karyu seni yang dibuat manusia adalah merupakan mimemis (tiruan)
Teori seni yang bercotak metafisik merupakan salah satu contoh teori yang tertua, yakni berasal dari Plato yang karya-karyanya untuk sebagian membahas estetik filsafat, konsepsi keindahan dari teori seni. Mengenai sumber seni Plato mengungkapkan suatu teori peniruan (imitation teori). Ini sesuai dengan metafisika Plato yang mendalikan adanya dunia ide pada tarat yang tertinggi sebgai realita Ilahi. Pada taraf yang lebih rendah terdapat realita duniawi ini yang merupakan cerminan semu dan mirip realita ilahi. Dan karyu seni yang dibuat manusia adalah merupakan mimemis (tiruan)
dari
ralita duniawi
Teori Psikologis
Para ahli estetik dalam abad modern menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptanya dengan mempergunakan metode-metode psikologis. Misalnya berdasarkan psikoanalisa dikemukakan bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar dari seseorang seniman. Sedang karya seni tiu merupakan bentuk terselubung atau diperhalus yang wujudkan keluar dari keinginan-keinginan itu. Teori lain lagi yaitu teori permainan yang dikembangkan oleh Fredrick Schiller (1757 -1805) dan Herbert Spencer ( 1820 – 1903 ) menurut Schiller, asal seni adalah dorongan batin untuk bermain-main (play impulse) yang ada dalam diri seseorang. Seni merupakan semacam permainan menyeimbangkan segenap kemampuan mental manusia berhubungan dengan adanya kelebihan energi yang harus dikeluarkan. Dalam teori penandaan (signification theory) memandang seni sebagai lambing atau tanda dari perasaan manusia.
Teori Psikologis
Para ahli estetik dalam abad modern menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptanya dengan mempergunakan metode-metode psikologis. Misalnya berdasarkan psikoanalisa dikemukakan bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar dari seseorang seniman. Sedang karya seni tiu merupakan bentuk terselubung atau diperhalus yang wujudkan keluar dari keinginan-keinginan itu. Teori lain lagi yaitu teori permainan yang dikembangkan oleh Fredrick Schiller (1757 -1805) dan Herbert Spencer ( 1820 – 1903 ) menurut Schiller, asal seni adalah dorongan batin untuk bermain-main (play impulse) yang ada dalam diri seseorang. Seni merupakan semacam permainan menyeimbangkan segenap kemampuan mental manusia berhubungan dengan adanya kelebihan energi yang harus dikeluarkan. Dalam teori penandaan (signification theory) memandang seni sebagai lambing atau tanda dari perasaan manusia.
Pengertian Phobia dan Macam-macam Phobia
Pengertian Phobia
Istilah “phobia”
berasal dari kata “phobi” yang artinya ketakutan atau kecemasan yang sifatnya
tidak rasional; yang dirasakan dan dialami oleh sesorang. Phobia merupakan
penyakit psikis yang biasanya dialami oleh seseorang yang punya trauma di masa
lalu. Penyakit ini juga tak mengenal umur. Secara definitif phobia adalah rasa
ketakutan yang sangat kuat terhadap sesuatu baik itu benda, situasi. Ketakutan
tersebut berwujud dan terletak pada wilayah ketidaksadaran.
Phobia merupakan suatu situasi dimana seseorang bertindak irasional dan mempunyai ketakutan yang besar akan sesuatu. Biasanya seseorang yang mempunyai phobia akan merasakan suatu ketakutan pada saat tertentu. Phobia biasanya disebabkan oleh seseorang yang mengalami trauma masa lalu. Rasa trauma tersebut membekas didalam kesadarannya. Karena katakutan yang sangat, rasa truma ditekan samapai pada wilayah ketidaksadaran.
Sampai dalam tahan ini, phobia yang menentukan. Meski berada di wilayah ketidaksadaran, rasa trauma ini sangat dominan mempengaruhi perilaku dan berfikir. Karena saking dominannya, kesadaran seseorang tak akan mampu untuk mengontrol trauma. Jadilah, trauma tersebut menjadi phobia yang menjangkiti teridap seumur hidunya.
Nah, untuk beberapa kasus, phobia mudah untuk diketahui. Karena sifat dan bentuknya mudah untuk dikenali. Misalnya, phobia terhadap kucing, baru mendengar suara kucing, sudah menyebabkan katakutan luar biasa. Jadi, phobia bisa diketahui saat teridap menjumpai pada obyek, situasi yang ditakuti.
Secara umum, phobia terbagi menjadi 3 macam.
Phobia merupakan suatu situasi dimana seseorang bertindak irasional dan mempunyai ketakutan yang besar akan sesuatu. Biasanya seseorang yang mempunyai phobia akan merasakan suatu ketakutan pada saat tertentu. Phobia biasanya disebabkan oleh seseorang yang mengalami trauma masa lalu. Rasa trauma tersebut membekas didalam kesadarannya. Karena katakutan yang sangat, rasa truma ditekan samapai pada wilayah ketidaksadaran.
Sampai dalam tahan ini, phobia yang menentukan. Meski berada di wilayah ketidaksadaran, rasa trauma ini sangat dominan mempengaruhi perilaku dan berfikir. Karena saking dominannya, kesadaran seseorang tak akan mampu untuk mengontrol trauma. Jadilah, trauma tersebut menjadi phobia yang menjangkiti teridap seumur hidunya.
Nah, untuk beberapa kasus, phobia mudah untuk diketahui. Karena sifat dan bentuknya mudah untuk dikenali. Misalnya, phobia terhadap kucing, baru mendengar suara kucing, sudah menyebabkan katakutan luar biasa. Jadi, phobia bisa diketahui saat teridap menjumpai pada obyek, situasi yang ditakuti.
Secara umum, phobia terbagi menjadi 3 macam.
- Pertama,
ketakutan untuk ketika berada pada situasi dan berada ditengah-tengah
masyarakat. Rasa takut itu muncul saat berinteraksi dengan orang lain.
- Kedua,
phobia yang muncul ketika berada di suatu tempat tertentu. Baik berada di
dalam atau diluar ruangan.
- Yang
ketiga, phobia terhadap benda atau makhluk hidup. Phobia terhadap kucing
seperti di atas masuk jenis phobia yang ketiga ini.
Macam-macam Phobia :
- Acerbophobia:
Ketakutan pada asam.
- Acousticophobia:
Ketakutan pada suara.
- Acrophobia
/ Hypsophobia: Ketakutan pada tempat yang tinggi.
- Aerophobia
/ Anemophobia: Ketakutan serta panik apabila kulit mereka terkena aliran
udara.
- Agoraphobia
/ Kenophobia: Ketakutan pada ruang yang kosong atau terbuka.
- Agyophobia:
Ketakutan akan jalan yang ramai dan cenderung takut untuk menyeberang.
- Allodoxaphobia:
Takut pada pendapat.
- Amatophobia:
Ketakutan pada debu.
- Amaxophobia:
Ketakutan berkendaraan.
- Amychophobia:
Ketakutan apabila dirinya disiksa atau mengalami luka / kecelakaan.
- Androphobia:
Androphobia dijumpai pada wanita, yaitu ketakutan pada laki-laki.
- Anemophobia:
Takut pada pergerakan udara atau angin.
- Anthophobia:
Ketakutan terhadap bunga.
- Anthrophobia
/ Sociophobia: Ketakutan pada masyarakat atau orang secara umum.
- Antlophobia:
Ketakutan pada sungai, banjir atau air yang mengalir.
- Apeirophobia:
Ketakutan pada hal-hal yang tak terbatas, misalnya: sumur, langit, laut,
dll.
- Apiphobia /
Melissophobia: Ketakutan pada binatang yang menyengat.
- Arachnephobia:
Ketakutan pada laba-laba.
- Asthenophobia:
Ketakutan menjadi lemah.
- Astrophobia:
Ketakutan pada langit dan angkasa.
- Ataxophobia:
Takut pada kekacauan atau ketidakrapian.
- Atephobia:
Takut tinggal di pegunungan atau dirumah bertingkat karena dibayangi oleh
ketakutan akan reruntuhan.
- Auroraphobia:
Ketakutan pada aurora atau cahaya utara, yaitu suatu fenomena alam yang
hanya tampak di daerah belahan utara bumi.
- Automanophobia:
Takut pada suara perut, makhluk animasi, patung lilin, segala sesuatu yang
secara salah merepresentasikan makhluk yang memiliki persepsi.
- Autophobia:
Ketakutan pada diri sendiri.
- Bacilliophobia
/ Microphobia: Ketakutan akan baksil atau kuman.
- Ballistophobia:
Ketakutan terhadap proyektil, misalnya peluru kendali, roket, mortir atau
meriam.
- Basophobia
/ Stasiphobia: Ketakutan untuk berdiri tegak atau ketakutan untuk
berjalan.
- Bathophobia:
Ketakutan akan kedalaman atau obyek yang lebih tinggi, misalnya gedung
pencakar langit atau tebing yang curam.
- Belonephobia
/ Aichmophobia: Ketakutan pada benda-benda yang tajam.
- Bibliophobia:
Ketakutan bila melihat buku.
- Botophobia:
Ketakutan pada ruang atau kamar dibawah tanah.
- Bromhidrophobia:
Ketakutan bila dirinya mengeluarkan bau badan atau takut kepada bau badan
orang lain.
- Brontophobia:
Ketakutan akan suara halilintar.
- Bufonophobia:
Takut pada katak.
- Cancerphobia:
Ketakutan akan akan penyakit kanker.
- Cheimaphobia
/ Psycrophobia: Ketakutan bila kedinginan.
- Chermatophobia:
Ketakutan terhadap uang.
- Chromatophobia:
Ketakutan akan warna-warna tertentu, misalnya ketakutan akan warna merah
(erythrophobia). Phobia terhadap warna hitam lebih sering dihubungkan
dengan phobia terhadap kegelapan (noctiphobia).
- Chronophobia:
Ketakutan pada suara jam berdentang.
- Cibophobia:
Takut makan karena takut menjadi sakit akibat kuman yang ada dalam
makanan.
- Claustrophobia:
Ketakutan berada dalam ruangan sempit.
- Cleithrophobia:
Ketakutan apabila terkunci didalam suatu ruangan.
- Clinicophobia:
Ketakutan untuk ke dokter atau berobat.
- Cremnophobia:
Ketakutan berada di tebing yang curam.
- Coitophobia:
Ketakutan untuk melakukan persetubuhan dengan lawan jenis.
- Coprophobia
/ Mysophobia / Tocophobia: Takut terhadap kotoran.
- Crystallophobia
/ Hyalophobia: Ketakutan terhadap benda-benda yang terbuat dari gelas.
- Cynophobia:
Ketakutan terhadap anjing.
- Demonophobia
/ Ghostphobia: Ketakutan akan setan-setan.
- Diabetophobia:
Takut terhadap penyakit diabetes / kencing manis.
- Domatophobia
/ Oikophobia: Ketakutan yang terjadi bila berada didalam rumah.
- Doraphobia:
Ketakutan yang terjadi bila menjamah bulu binatang.
- Dromophobia:
Ketakutan untuk mengembara.
- Dysmorphophobia
/ Teratophobia: Takut pada orang cacat.
- Electrophobia:
Ketakutan terhadap listrik.
- Electrophobia:
Ketakutan terhadap listrik.
- Entomophobia
/ Melissophobia: Ketakutan pada serangga.
- Ereutophobia:
Ketakutan akan rasa malu.
- Ergophobia:
Takut bekerja.
- Erotophobia:
Takut akan cinta sexuil.
- Eurotophobia:
Takut pada alat kelamin wanita.
- Galeophobia
/ Ailurophobia / Gatophobia: Takut akan kucing.
- Gamaphobia:
Takut akan perkawinan.
- Genophobia:
Takut sakit demam panas.
- Gephyrophobia
/ Gephydrophobia / Gephysrophobia: Takut menyeberang jembatan.
- Gerontophobia:
Ketakutan terhadap usia tua.
- Graphophobia:
Ketakutan bila melihat tulisan.
- Gynaephobia:
Perasaan takut kepada wanita.
- Hadephobia:
Takut akan neraka.
- Hamartophobia:
Takut akan dosa dan kesalahan.
- Hapephobia:
Ketakutan terhadap sentuhan fisik.
- Hellenologophobia:
Takut pada istilah atau terminologi ilmiah rumit dari bahasa Yunani.
- Hierophobia:
Ketakutan akan barang-barang suci.
- Hematophobia:
Ketakutan melihat darah.
- Heliophobia:
Ketakutan bila melihat atau terkena sinar matahari.
- Hodophobia:
Takut bepergian.
- Homichlophobia:
Ketakutan pada kabut.
- Homophobia:
Ketakutan pada orang-orang homo seks.
- Hormephobia:
Takut pada suatu kejutan.
- Hydrophobia
/ Iyssophobia: Takut pada air.
- Hygrophobia:
Ketakutan pada tempat yang lembab.
- Hylophobia:
Ketakutan terhadap hutan.
- Hypengyophobia:
Ketakutan terhadap tanggung jawab.
- Hypnophobia:
Ketakutan untuk tidur.
- Ichtyophobia:
Ketakutan terhadap ikan.
- Ideophobia:
Ketakutan akan ide-ide.
- Iophobia:
Ketakutan bila melihat racun.
- Kakorhaphiophobia:
Takut akan kegagalan.
- Kathisophobia:
Takut duduk.
- Kinesophobia:
Takut melihat gerakan-gerakan.
- Kleptophobia
/ Harpaxophobia: Takut pada pencuri atau perampok.
- Linonophobia:
Takut akan benang, tali atau senar.
- Lygophobia:
Takut berada di tempat gelap.
- Lyssophobia:
Takut bila menjadi gila.
- Mastigophobia:
Takut pada hukuman.
- Merinthophobia:
Ketakutan bila diikat.
- Metallophobia:
Ketakutan terhadap benda-benda logam.
- Misophobia:
Takut terkena kotoran atau kuman.
- Monophobia:
Takut bila ditinggal seorang diri.
- Myctophobia:
Takut akan apa-apa yang gelap.
- Mythophobia:
Takut untuk tertipu.
- Necrophobia:
Takut terhadap orang mati atau mayat.
- Neophobia /
Kainophobia: Takut pada segala sesuatu yang baru.
- Nyctophobia:
Takut gelap atau malam.
- Obesitophobia:
Ketakutan untuk menjadi gemuk.
- Octophobia:
Takut pada angka 8.
- Odontophobia:
Takut pada gigi binatang.
- Ombrophobia:
Takut pada hujan.
- Onemophobia
/ Phronemophobia: Takut untuk berpikir.
- Onomatophobia:
Takut mendengar suatu nama tertentu.
- Ophidiophobia:
Takut akan ular atau binatang melata.
- Ophthalmophobia
/ Scopophobia: Takut dilihat oleh orang lain.
- Oneirophobia:
Takut pada mimpi.
- Ornithophobia:
Takut pada burung.
- Papyrophobia:
Takut pada kertas.
- Paraphobia:
Takut pada penyimpangan seksual.
- Pathophobia
/ Nosophobia: Takut akan penyakit.
- Peccatiphobia:
Takut berbuat dosa.
- Pedagogiephobia:
Takut pada suatu pendidikan.
- Pediculophobia:
Takut pada binatang kutu.
- Pedophobia:
Takut berjumpa dengan anak-anak.
- Pengophobia:
Takut pada siang hari.
- Pharmacophobia
/ Hydrargyrophobia: Takut terhadap berbagai macam obat-obatan.
- Photophobia:
Takut akan sinar atau cahaya.
- Phobophobia:
Takut pada phobia.
- Phonophobia:
Takut pada bunyi atau suara (termasuk suaranya sendiri).
- Pnygophobia:
Ketakutan akan bayangan kematian tidak dapat bernapas atau tercekik.
- Pyrexeophobia
/ Febriphobia: Takut pada panas.
- Pyrophobia:
Takut terhadap api.
- Rhabdophobia:
Takut dipukul.
- Rodentiophobia:
Takut terhadap tikus.
- Scatophobia:
Takut pada kotoran atau tinja.
- Scelerophobia:
Takut pada orang-orang jahat / perampok.
- Selaphobia:
Takut pada kilat.
- Siderodromophobia:
Takut pada kereta api, rel atau perjalanan dengan menggunakan kereta api.
- Social
Phobia: Takut dinilai secara negatif dalam situasi-situasi sosial.
- Sociophobia
/ Ochlophobia / Polyphobia: Ketakutan akan sekumpulan orang.
- Surgerophobia:
Ketakutan untuk menjalani suatu operasi.
- Taphephobia:
Ketakutan apabila dikubur hidup-hidup.
- Telephonophobia:
Takut pada telepon.
- Teratophobia:
Ketakutan akan melahirkan anak cacat atau anak yang menyerupai monster.
- Thalassophobia:
Ketakutan terhadap lautan.
- Thanatophobia
/ Thantophobia: Takut pada kematian.
- Theophobia:
Ketakutan terhadap Tuhan.
- Tocophobia
/ Maieusiophobia: Takut bila melihat kelahiran bayi.
- Toxicophobia:
Takut akan diracun.
- Trichophobia:
Ketakutan pada rambut atau bulu.
- Triskaidekaphobia:
Ketakutan pada bilangan 13.
- Ufophobia:
Ketakutan akan munculnya makhluk angkasa luar.
- Vaccinophobia:
Takut di suntik.
- Verminophobia:
Takut pada kuman.
- Vermiphobia
/ Helminthophobia: Takut pada cacing.
- Xenophobia:
Ketakutan pada orang asing atau orang dari negara asing.
- Zoophobia: Takut pada binatang
PENDAPAT APABILA ADA SESEORANG YANG MENGALAMI PENDERITAAN
Menurut
saya apabila ada seseorang yg mengalami suatu penderitaan maka kita harus
menolongnya karena kita punya kewajiban untuk saling membantu satu sama lain
apalagi terhadap manusia yg sedang mengalami penderitaan. Karena manusia itu
makhluk sosial yg saling membutuhkan satu sama lain. Apabila kita tidak suka
membantu orang / tidak peduli pada sesama maka kita juga tidakakan di bantu
oleh orang lain.
REFERENSI
1. Gary Martin (2007). "Beauty is in the eye of the beholder". The Phrase Finder. Diakses
December 4, 2007.
2. Matthew 23:27, Acts 3:10, Flavius
Josephus, 12.65
3. Euripides, Alcestis 515.